Bahasa Inggris dan R-SMA-BI
R-SMA-BI adalah singkatan dari
Rintisan Sekolah Menengah Bertaraf Internasional. Dapat didefinisikan sebagai
sekolah yang meningkatkan kualitas input dan outputnya dengan memperluas
persaingan ke tingkat internasional. Artinya apabila sekolah sudah dinyatakan
SMA-BI,maka kualitasnya dapat disejajarkan dengan sekolah di luar negeri. Bayangkan
betapa bangganya apabila suatu sekolah apalagi berada di daerah, tingkatannya
sama dengan sekolah di luar negeri. Jadi anak-anak luar negeri pun bisa
bersekolah di Indonesia yaitu di SMA-BI dan sebaliknya.
Namun jangan bersenang-senang
dahulu, untuk mengajukan R-SMA-BI saja ada beberapa ketentuan yang harus
dipenuhi. Ketentuan tersebut seperti : Penerapan Kurikulum KTSP RSBI, sister school (sekolah luar negeri yang
nantinya menjadi acuan agar kualitasnya sebanding), lingkungan sekolah yang
mendukung (adiwiyata), sarana-prasarana berbasis IT, 30% dari gurunya
berkualifikasi S2, ISO (International
Organization for Standarization yaitu standar manajemen mutu bertaraf internasional),
serta proses pembelajaran 30% menggunakan bahasa Inggris.
Sesuatu yang mendasari
pengajuan R-SMA-BI adalah dalam Bab XIV pasal 50 ayat 3 Undang-Undang No.20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pemerintah
daerah harus mengembangkan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan menjadi
bertaraf internasional. Maka di setiap kabupaten/kota setidaknya ada satu yang
bertaraf internasional.
Dari ketentuan yang ada, yang
terpenting dan mendasari semuanya adalah SMA-BI sebagai sekolah bertaraf
internasional tidak bisa lepas dari
Bahasa Inggris. Sekolah berbasis IT,
sistem ISO, kurikulum internasional, sisterschool telah jelas memastikan
pentingnya Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.
Memang bukan hal yang mudah untuk
menghapus huruf R. Satu huruf yang berarti Rintisan. Perlu usaha keras untuk mengubah
kebiasaan berbahasa Indonesia menjadi berbahasa Inggris di sekolah. Perlu
kesadaran, perlu penggerak, bahkan aturan yang mengikat dan bersifat memaksa untuk
mengubah suatu kebiasaan.
Namun hal yang sulit bukan
berarti tidak mungkin, asalkan ada kesadaran bersama, niat bersama antara siswa
dan guru untuk berani memulai kebiasaan baru.”Mewujudkan suatu mimpi bukan
dilihat dari seberapa besar mimpi itu, tapi seberapa besar usaha kita untuk
mimpi itu”. “Tidak bisa akan menjadi bisa, bisa karena terbiasa”. Wujudkan kebiasaan
berbahasa Inggris di sekolah,menuju Sekolah Bertaraf Internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar