Seperti Apakah Orang yang Benar Itu? (bagian 5)
Berpaling kepada Allah Tak Hanya di Saat
Sulit,
tetapi dalam Setiap Detik Kehidupan
Selama hidupnya, sebagian
orang telah gagal merenungkan tentang Allah yang telah menciptakan mereka dan
yang telah mencurahkan keberkahan dunia kepada mereka. Sebagaimana segala
sesuatu terungkap dalam kehidupan, mereka cederung melupakan bahwa mereka sebenarnya
merupakan makhluk yang lemah dan membutuhkan kasih sayang Allah. Allah adalah
satu-satunya kekuatan yang dapat memastikan keberkahan-keberkahan itu dan
mengatur segalanya.
Akan tetapi, kenyataan
bahwa mereka begitu ceroboh bukanlah berdasar pada keingkaran mereka, melainkan
lebih kepada kenyataan bahwa mereka benar-benar tidak bersyukur dan sombong
kepada Allah. Bukti yang paling jelas adalah bahwa mereka selalu berpaling
kepada Allah dan segera memohon bantuan-Nya saat mereka menghadapi penderitaan atau
kesulitan. Mereka yang sebelumnya mengingkari Allah, tiba-tiba mulai beribadah
kepada-Nya dan menjadi hambanya yang beriman dan penuh pengabdian.
Allah berkata benar dalam
ayat,
“Dan apabila manusia
disentuh oleh suatu bahaya, mereka menyeru Tuhannya dengan kembali bertobat
kepada-Nya, kemudian apabila Tuhan merasakan kepada mereka barang sedikit
rahmat dari-Nya, tiba-tiba sebagian dari mereka mempersekutukan Tuhannya,
sehingga mereka mengingkari akan rahmat yang telah Kami berikan kepada mereka.
Maka bersenang-senanglah kamu sekalian kelak kamu akan mengetahui (akibat
perbuatanmu).” (ar-Ruum [30]: 33-34)
Sebagaimana disebutkan
dalam ayat ini, sesaat mereka membelakangi Allah bukan karena mereka tidak
menyadari kekuasaan Allah atau karena tidak mampu memahami bahwa mereka harus
menyembah Allah, tetapi karena mereka sombong. Mereka lupa bagaimana seharusnya
mereka berlabuh kepada Allah serta memohon pertolongan-Nya dengan tulus dan
penuh harap. Mereka kemudian segera kembali kepada keingkaran setelah Allah
mencabut kesulitan mereka. Dengan kata lain, mereka berbuat dengan tulus ikhlas
hanya saat menghadapi masalah, tetapi mereka tidak ikhlas ketika masalah itu
dicabut oleh Allah. Al-Qur`an memberikan contoh orang-orang yang demikian,
“Dialah Tuhan yang menjadikan
kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu
berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang
ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya,
datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya,
dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdo’a
kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka
berkata), ‘Sesungguhnya, jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini,
pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.’ Maka setelah Allah
menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa
(alasan) yang benar. Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan
menimpa dirimu sendiri; (hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup
duniawi, kemudian kepada Kamilah kembalimu, lalu kami kebarkan kepadamu apa
yang telah kamu kerjakan.” (Yunus [10]: 22-23)
Sekali saja mereka dapat
mengambil bentuk tingkah laku yang lebih tulus jika mereka mau berjanji bahwa
mereka akan benar-benar menjadi mukmin sejati, Allah segera menolong mereka.
Akan tetapi, setelah mereka mendapatkan pertolongan Allah, mereka berpaling
dari-Nya. Allah menyatakan bahwa kedurhakaan ini akan menghancurkan mereka. Ia
memberi peringatan kepada mereka akan nasib yang akan mereka terima.
Orang-orang yang suci
hatinya, mereka berpaling kepada Allah dengan hati yang terbuka, tak ada
perbedaan di dalam sikap dan tingkah laku mereka, baik di waktu sulit maupun
lapang. Hal ini karena mereka menyadari sepenuhnya akan kekuatan absolut Allah.
Mereka selalu hidup dengan rasa takut dan mengabdi kepada Allah dengan
pengabdian sepenuh hati yang tak terbagi. Allah menyatakan bahwa di hari akhir
nanti, tidaklah sama balasannya antara orang-orang yang berbuat sesuatu dengan
tulus hanya saat mereka menghadapi kesulitan dan orang-orang menyucikan dirinya
serta berjuang sepanjang hidup mereka. Mukmin sejati akan dibalas dengan surga,
sedangkan yang lainnya akan dihukum dengan neraka. Ayat berikut terkait dengan
hal ini.
“Dan apabila manusia
itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan
kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya
lupalah di akan kemudharatan yang pernah dia berdo’a (kepada Allah) untuk
(menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah
untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah, “Bersenang-senanglah
dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni
neraka.’ (Apakah kamu, hai orang musyrik, yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut
kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, ‘Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’
Sesungguhnya, orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (az-Zumar
[39]: 8-9)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar