Kerajaan Kutai
Prasasti Kerajaan
Kutai
Peta Kecamatan Muara Kaman
Kerajaan
Kutai atau Kutai Martadipura adalah kerajaan tertua (sekitar abad ke-4 Masehi)
bercorak Hindu di Nusantara dan seluruh Asia Tenggara. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Kerajaan
ini dibangun oleh Kundunga Nama Kutai diambil dari nama tempat ditemukannya
prasasti yang menggambarkan kerajaan tersebut.
Kehidupan
Sosial-Ekonomi
Melihat
bahwa letak Kerajaan Kutai pada jalur perdagangan dan pelayaran antara Barat
dan Timur, maka aktivitas perdagangan menjadi mata pencaharian yang utama.
Rakyat Kutai sudah aktif terlibat dalam perdagangan internasional, dan tentu
saja mereka berdagang pula sampai ke perairan Laut Jawa dan Indonesia Timur
untuk mencari barang-barang dagangan yang laku di pasaran Internasional. Dengan
demikian Kutai telah termasuk daerah persinggahan perdagangan Internasional
Selat Malaka-Laut Jawa-Selat Makasar-Kutai-Cina atau sebaliknya.
Kehidupan
Kebudayaan
Kehidupan
kebudayaan masyarakat Kutai erat kaitannya dengan kepercayaan/agama yang dianut.
Prasasti Yupa merupakan salah satu hasil budaya masyarakat Kutai, yaitu tugu
batu yang merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia dari zaman
Megalitikum, yakni bentuk Menhir. Salah satu prasasti Yupa menyebutkan suatu
tempat suci dengan nama
"Wapakeswara"
(tempat pemujaan Dewa Siwa). Dengan demikian dapat
disimpulkan
bahwa masyarakat Kutai memeluk agama Siwa.
Peniggalan terpenting
Kerajaan Kutai adalah 7 prasasti yupa dengan huruf Pallawa dan bahasa sansekerta. Nama Kutai diberikan oleh para ahli karena tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini. Karena memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh akibat kurangnya sumber sejarah.
Kerajaan Kutai adalah 7 prasasti yupa dengan huruf Pallawa dan bahasa sansekerta. Nama Kutai diberikan oleh para ahli karena tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini. Karena memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh akibat kurangnya sumber sejarah.
Yupa
Informasi
yang ada diperoleh dari Yupa / Tugu dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi
sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai.
Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan
Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena
kedermawanannya menyedekahkan 1.000 ekor lembu kepada brahmana.
Aswawarman
Aswawarman
mungkin adalah raja pertama Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga
diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar
Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang
putera, dan salah satunya adalah Mulawarman.
Putra
Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan
Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya
meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera
dan makmur.
Kerajaan
Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi
dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.
Mulawarman
Mulawarman
adalah anak Aswawarman dan cucu Kudungga. Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat
kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat dari cara
penulisannya. Kudungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja) yang datang ke Indonesia.
Kudungga sendiri diduga belum menganut agama Budha.
Berakhir
Kerajaan
Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam
peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu
diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan
Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di
tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya
menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan
Kutai Kartanegara.
- Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman
- Maharaja Asmawarman
- Maharaja Sri Aswawarman
- Maharaja Marawijaya Warman
- Maharaja Gajayana Warman
- Maharaja Tungga Warman
- Maharaja Jayanaga Warman
- Maharaja Nalasinga Warman
- Maharaja Nala Parana Tungga
- Maharaja Gadingga Warman Dewa
- Maharaja Indra Warman Dewa
- Maharaja Sangga Warman Dewa
- Maharaja Candrawarman
- Maharaja Sri Langka Dewa
- Maharaja Guna Parana Dewa
- Maharaja Wijaya Warman
- Maharaja Sri Aji Dewa
- Maharaja Mulia Putera
- Maharaja Nala Pandita
- Maharaja Indra Paruta Dewa
- Maharaja Dharma Setia
Referensi
- Buku Salasilah Kutai terbitan Bagian Humas Pemerintah Daerah Tingkat II Kutai (1979) yang naskahnya berasal dari buku De Kroniek van Koetei karangan C.A. Mees (1935). Sementara buku C.A. Mees sendiri bersumber dari naskah kuno dalam tulisan huruf Arab karya Tuan Chatib Muhammad Tahir pada 21 Dzulhijjah 1285 Hijriah.
Sumber juga
dapat dilihat di situs web Royal Ark:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar