Kesalahan
Konsep Teori Evolusi
Setiap detail di
alam semesta ini menunjukkan pada sebuah penciptaan yang luar biasa. Sementara
itu, materialisme yang menafikan fakta penciptaan alam semesta tidak menghadirkan
apa-apa kecuali suatu kerancuan ilmiah.
Sekali
materialisme dinyatakan tidak sah maka semua teori yang berbasis pada filosofi
ini menjadi tidak berdasar. Yang paling utama dari semua filsafat ini adalah
Darwinisme, yakni teori yang berargumen bahwa kehidupan berasal dari materi
yang mati dan terjadi secara kebetulan ini telah dihancurkan oleh penemuan
bahwa alam semesta diciptakan oleh Allah. Seorang astro-fisikawan Amerika, Hugh
Ross, menjelaskan hal tersebut,
“Ateisme, Darwinisme, dan isme-isme
lainnya yang berasal dari filsafat abad ke-19 sampai 20 dibangun atas asumsi
yang salah, yaitu bahwa alam semesta itu tak terbatas. Keanehan ini telah
membawa kita berhadapan dengan penyebab–atau yang menyebabkan-di luar/di
balik/sebelum adanya alam semesta dan semua yang dikandungnya, termasuk
kehidupan itu sendiri.”[1]
Allahlah yang
menciptakan alam semesta dan merancangnya hingga detail terkecil. Karenanya,
tidaklah mungkin bagi teori evolusi—yang menyatakan bahwa makhluk hidup tidak
diciptakan oleh Tuhan, tetapi terjadi secara kebetulan—untuk dianggap sebagai
sebuah kebenaran.
Tak
mengherankan, ketika melihat teori evolusi ini, kita melihat bahwa teori ini
dibantah oleh penemuan-penemuan ilmiah. Konstruksi kehidupan ini benar-benar
kompleks dan rumit. Dalam alam benda mati misalnya, kita dapat melihat betapa
sensitifnya keseimbangan atom. Kita dapat mengamati dalam konstruksi kompleks
yang di dalamnya atom-atom tersebut menyatu. Bagaimana luar biasanya mekanisme
dan struktur protein, enzim, dan sel.
Konstruksi yang
luar biasa dalam kehidupan telah mematahkan teori Darwin di akhir abad ke-20
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar