Tipu Daya Setan untuk Menghancurkan Keikhlasan
Orang-Orang yang Beriman
(bagian 2)
Barisan
Setan
Bila
perlu, setan bergantung pada pertolongan mereka yang menjadi temannya dan
menafikan Allah untuk mencapai tujuan yang disebutkan di atas. Ia menggunakan
mulut mereka untuk berbicara dan perkataan mereka untuk mengungkapkan
rencana-rencananya. Ini merupakan taktik yang lihai untuk menguasai orang-orang
beriman.
Tentu saja
setan tidak dengan terang-terang mengajak mereka untuk menafikan Allah dengan
berbisik, “Jangan mengikuti Al-Qur`an, jangan memenuhi ridha Allah, patuhilah
aku.” Sebaliknya, ia mencoba menipu mereka dengan tipu muslihat, kelicikan, dan
kebohongan. Ia berusaha mencegah mereka untuk berbuat ikhlas dan menanamkan
berbagai macam keinginan dan nafsu di dalam hati mereka, dan membuat mereka
lebih mencari pujian daripada mencari keridhaan Allah.
Misalnya
saja, ia berusaha untuk menyisipkan keinginan untuk mendapatkan kerelaan
manusia dalam niat seorang mukmin yang berusaha untuk melakukan perbuatan baik
karena Allah. Setan mendorongnya untuk memuji kebaikan dirinya dan melambungkan
egonya.
Dengan
berbangga diri ketika melakukan perbuatan baik, ia terhalang untuk ikhlas dalam
perbuatannya itu. Seharusnya, jika ia benar-benar memilih untuk melakukan suatu
perbuatan yang mengorbankan dirinya, ia harus melakukannya untuk mendapatkan
keridhaan Allah. Karena itulah, tidak perlu ia mengumumkan perbuatannya. Dengan
cara apa pun, Allah melihat dan mendengarnya. Akan tetapi, setan menghadirkan
keinginan itu dalam bentuk yang terlihat tidak salah, seperti alasan-alasan,
“Mereka akan percaya dan lebih mencintaimu jika mereka tahu betapa berahklaq
dan lurusnya dirimu dan betapa patuhnya engkau pada Al-Qur`an. Bagaimanapun
juga, ini adalah keinginan yang benar-benar sah.” Tentu saja ini adalah
keinginan yang sah-sah saja dan dijalankan sesuai dengan Al-Qur`an jika ia
mencari pengakuan Allah dan meninggalkan apa yang dikatakan masyarakat serta
berpaling kepada Allah. Jika ia berbuat sebaliknya, ia akan berisiko untuk
dikuasai oleh kesalahan yang ditolak oleh Al-Qur`an. Sikap-sikap tersebut
menjadikan ibadah terlihat dan membuat seseorang merasa berbangga diri. Semua
sikap tersebut berseberangan dengan keikhlasan dan kesucian. Sifat-sifat yang
hanya dibutuhkan saat melakukan ibadah untuk semata-mata mencari keridhaan
Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar