Seperti Apakah Orang yang Benar Itu?
(bagian 7)
Keikhlasan Perlu Dimurnikan
Salah satu ciri yang
paling penting yang ada pada diri mukmin yang sejati dan ikhlas adalah bahwa ia
dengan tulus ingin dan berusaha untuk menyucikan dirinya dari segala jenis
tingkah laku dan akhlaq yang dilarang oleh Al-Qur`an demi memperoleh keridhaan
Allah. Manusia diciptakan cenderung untuk berbuat salah, namun Allah menyatakan
dalam ayat terpisah bahwa Dia telah melengkapi jiwa manusia tidak hanya
terbatas dengan dosa dan kejahatan, tetapi juga dengan cara-cara untuk
menghindarinya.
“Dan jiwa serta
penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketaqwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan
jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (asy-Syams [91]:
7-10)
Dengan rasa takut kepada
Allah, setiap mukmin sejati ingin selalu menyucikan diri dari sisi jahat
jiwanya. Ia berusaha untuk mendapatkan keagungan ahklaq sebagaimana yang
dijelaskan di dalam Al-Qur`an, dengan menggunakan kesadaran dan kecerdasannya
dengan sebenar-benarnya. Usaha serius apa pun yang dilakukan oleh seseorang
yang tulus hati menginginkan kesucian diri, adalah tanda keimanan sejati dan
kesuciannya.
Hanya orang yang memiliki
keimanan yang mutlak pada Allah dan hari akhirlah yang akan berusaha
menghilangkan sisi jahat jiwanya. Sebaliknya, orang yang tidak benar-benar
percaya kepada Allah dan hari akhir akan menafikan adanya sisi jahat dalam
jiwanya dan berusaha menutupinya dari orang lain. Ia berharap tak akan ada yang
mengetahui perbuatan jahatnya. Akan tetapi, Allahlah yang paling tahu lahir dan
batin setiap orang. Allah paling tahu rahasia yang paling rahasia. Pada hari
pembalasan, semua perbuatan yang dilakukan oleh setiap manusia akan terungkap.
Mukmin yang ikhlas yang menyadari hal ini akan ditolong oleh usaha mereka
melawan hawa nafsu. Di dalam Al-Qur`an, gambaran usaha mereka dipaparkan
sebagai berikut.
“Janganlah kamu
bersembahyang dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya, masjid yang
didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut
kamu bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin
membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (at-Taubah [9]:
108)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar