Seperti Apakah Orang yang Benar Itu?
(bagian 8)
Berusaha Bersama-sama dan
Melakukan
Perbuatan Baik
Terus-menerus
Di dalam ayat berikut,
Allah menyatakan bahwa perbuatan baik yang dilakukan terus-menerus adalah lebih
baik ganjarannya di sisi Allah.
“Harta dan anak-anak
adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh
adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi
harapan.” (al-Kahfi [18]: 46)
Perbuatan tersebut juga
merupakan tanda keikhlasan dan kesucian seseorang. Sebagian orang dapat
melakukan perbuatan baik, tetapi bukan karena mereka takut kepada Allah,
melainkan ingin mendapatkan kehormatan dan pujian di mata manusia. Sebagai
contoh, seseorang yang mengirimkan barang-barang dan pakaiannya untuk
orang-orang yang kehilangan tempat tinggal karena gempa bumi. Ia mungkin saja
membantu tetangganya, atau bersikap baik, sayang, dan baik budi. Ia mungkin
juga ramah, lembut, dan memahami karyawannya. Ia mungkin hormat dan penuh
toleransi kepada orang yang lebih tua. Jika perlu, ia bisa saja mengorbankan
dirinya, ikut serta dalam kegiatan kemanusiaan. Semua itu adalah perbuatan yang
baik. Bagaimanapun juga, apa yang benar-benar penting adalah keteguhan dan
kesabaran yang ditunjukkan saat melakukan perbuatan tersebut. Sepanjang
hidupnya, setiap muslim yang telah menyucikan dirinya harus membantu siapa pun
yang membutuhkan, tanpa memperhatikan pendapat orang lain tentang dirinya.
Usaha-usaha yang dilakukan hanya untuk mendapatkan keridhaan Allah ini juga
dilaksanakan untuk membuktikan tingkat keikhlasan mereka. Bagaimanapun juga,
jika orang tersebut gagal membawa dirinya kepada ajaran moral yang disebutkan
di atas dan untuk bersikap dalam sikap pengabdian dan pengorbanan diri yang
sama, kesucian yang akan didapatnya saat melakukan perbuatan lain akan mudah
hilang.
Demikian pula, ada
sebagian orang dalam masyarakat jahil yang mampu melakukan perbuatan baik,
bahkan meski mereka tidak percaya kepada Allah. Akan tetapi, mereka melakukan
perbuatan tersebut bukan karena rasa takut mereka kepada Allah atau dalam
harapan mereka akan hari akhirat. Mereka bertujuan untuk mendapatkan balasan
dan keuntungan dunia, besar maupun kecil. Sebagai contoh, mereka mungkin
membantu korban gempa bumi hanya untuk membuang barang-barang mereka yang sudah
tak terpakai. Begitu pula, rasa hormat yang ditunjukkan terhadap orang yang
lebih tua mungkin hanya semata-mata karena pengaruh tradisi budaya. Demikian
pula, ia mungkin saja memperlakukan karyawannya begitu ramah hanya untuk
membuat mereka lebih giat bekerja dan menghasilkan pendapatan yang lebih. Ia
mungkin memberikan bantuannya untuk menolong organisasi kemanusiaan untuk
mendapatkan kehormatan dan harga diri dalam masyarakat. Untuk dapat memastikan
bahwa perbuatan-perbuatan tersebut dilakukan karena rasa takutnya kepada Allah
dan ajaran akhlaq mulia yang diperintahkan Allah, orang tersebut harus
menggunakan upaya yang sama dalam setiap detik kehidupannya dan terus-menerus
bersikap sesuai dengan prinsip Al-Qur`an. Pentingnya berpaling kepada Allah
setiap pagi dan petang, terus-menerus setiap hari, ditekankan dalam ayat,
“Dan bersabarlah kamu
bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari
dengan mengharapkan keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta
menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (al-Kahfi
[18]: 28)
Jika seseorang dengan
tulus meyakini keberadaan Allah dan hari akhir, ia tidak akan berbuat
sebaliknya. Karena itu, ia tahu pasti bahwa ia bertanggung jawab akan setiap
detik kehidupannya di dunia dan ia layak mendapatkan kehidupan yang abadi di
surga-Nya hanya jika ia menjalani kehidupan dengan mengikuti keridhaan Allah. Ia
bersegera melakukan perbuatan baik untuk mendapatkan ridha Allah dalam setiap
perbuatan, perkataan, dan sikapnya. Dengan bertanya pada diri sendiri, “Apa
yang dapat saya lakukan?”, “Bagaimana seharusnya saya bersikap agar Allah ridha
dan sayang?’, “Sikap apa yang harus saya perbaiki agar tingkah laku saya lebih
baik?”, dan ia berusaha dengan sungguh-sungguh. Demikian pula disebutkan di
dalam Al-Qur`an bahwa tingkah laku mereka yang berusaha, sebagaimana mereka
seharusnya berusaha, diberi ganjaran yang besar. Dinyatakan dalam ayat,
“Barangsiapa
menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia
itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan
baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.
Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu
dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah
orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (al-Israa` [17]: 18-19)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar