Seminar Nasional Pendidikan IPA 2016

Kamis, 08 Maret 2012

Essay : Bahasa Inggris dan R-SMA-BI

Bahasa Inggris dan R-SMA-BI

R-SMA-BI adalah singkatan dari Rintisan Sekolah Menengah Bertaraf Internasional. Dapat didefinisikan sebagai sekolah yang meningkatkan kualitas input dan outputnya dengan memperluas persaingan ke tingkat internasional. Artinya apabila sekolah sudah dinyatakan SMA-BI,maka kualitasnya dapat disejajarkan dengan sekolah di luar negeri. Bayangkan betapa bangganya apabila suatu sekolah apalagi berada di daerah, tingkatannya sama dengan sekolah di luar negeri. Jadi anak-anak luar negeri pun bisa bersekolah di Indonesia yaitu di SMA-BI dan sebaliknya.
Namun jangan bersenang-senang dahulu, untuk mengajukan R-SMA-BI saja ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi. Ketentuan tersebut seperti : Penerapan Kurikulum KTSP RSBI, sister school (sekolah luar negeri yang nantinya menjadi acuan agar kualitasnya sebanding), lingkungan sekolah yang mendukung (adiwiyata), sarana-prasarana berbasis IT, 30% dari gurunya berkualifikasi S2, ISO (International Organization for Standarization yaitu standar manajemen mutu bertaraf internasional), serta proses pembelajaran 30% menggunakan bahasa Inggris.
Sesuatu yang mendasari pengajuan R-SMA-BI adalah dalam Bab XIV pasal 50 ayat 3 Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pemerintah daerah harus mengembangkan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan menjadi bertaraf internasional. Maka di setiap kabupaten/kota setidaknya ada satu yang bertaraf internasional.
Dari ketentuan yang ada, yang terpenting dan mendasari semuanya adalah SMA-BI sebagai sekolah bertaraf internasional  tidak bisa lepas dari Bahasa Inggris.  Sekolah berbasis IT, sistem ISO, kurikulum internasional, sisterschool telah jelas memastikan pentingnya Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.
Memang bukan hal yang mudah untuk menghapus huruf R. Satu huruf yang berarti Rintisan. Perlu usaha keras untuk mengubah kebiasaan berbahasa Indonesia menjadi berbahasa Inggris di sekolah. Perlu kesadaran, perlu penggerak, bahkan aturan yang mengikat dan bersifat memaksa untuk mengubah suatu kebiasaan.
Namun hal yang sulit bukan berarti tidak mungkin, asalkan ada kesadaran bersama, niat bersama antara siswa dan guru untuk berani memulai kebiasaan baru.”Mewujudkan suatu mimpi bukan dilihat dari seberapa besar mimpi itu, tapi seberapa besar usaha kita untuk mimpi itu”. “Tidak bisa akan menjadi bisa, bisa karena terbiasa”. Wujudkan kebiasaan berbahasa Inggris di sekolah,menuju Sekolah Bertaraf Internasional.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar