Seminar Nasional Pendidikan IPA 2016

Jumat, 09 Maret 2012

Islami : Tipu Daya Setan untuk Menghancurkan Keikhlasan Orang-Orang yang Beriman (bagian 2)


Tipu Daya Setan untuk Menghancurkan Keikhlasan 
Orang-Orang yang Beriman 
(bagian 2)

Barisan Setan
Bila perlu, setan bergantung pada pertolongan mereka yang menjadi temannya dan menafikan Allah untuk mencapai tujuan yang disebutkan di atas. Ia menggunakan mulut mereka untuk berbicara dan perkataan mereka untuk mengungkapkan rencana-rencananya. Ini merupakan taktik yang lihai untuk menguasai orang-orang beriman.
Tentu saja setan tidak dengan terang-terang mengajak mereka untuk menafikan Allah dengan berbisik, “Jangan mengikuti Al-Qur`an, jangan memenuhi ridha Allah, patuhilah aku.” Sebaliknya, ia mencoba menipu mereka dengan tipu muslihat, kelicikan, dan kebohongan. Ia berusaha mencegah mereka untuk berbuat ikhlas dan menanamkan berbagai macam keinginan dan nafsu di dalam hati mereka, dan membuat mereka lebih mencari pujian daripada mencari keridhaan Allah.
Misalnya saja, ia berusaha untuk menyisipkan keinginan untuk mendapatkan kerelaan manusia dalam niat seorang mukmin yang berusaha untuk melakukan perbuatan baik karena Allah. Setan mendorongnya untuk memuji kebaikan dirinya dan melambungkan egonya.
Dengan berbangga diri ketika melakukan perbuatan baik, ia terhalang untuk ikhlas dalam perbuatannya itu. Seharusnya, jika ia benar-benar memilih untuk melakukan suatu perbuatan yang mengorbankan dirinya, ia harus melakukannya untuk mendapatkan keridhaan Allah. Karena itulah, tidak perlu ia mengumumkan perbuatannya. Dengan cara apa pun, Allah melihat dan mendengarnya. Akan tetapi, setan menghadirkan keinginan itu dalam bentuk yang terlihat tidak salah, seperti alasan-alasan, “Mereka akan percaya dan lebih mencintaimu jika mereka tahu betapa berahklaq dan lurusnya dirimu dan betapa patuhnya engkau pada Al-Qur`an. Bagaimanapun juga, ini adalah keinginan yang benar-benar sah.” Tentu saja ini adalah keinginan yang sah-sah saja dan dijalankan sesuai dengan Al-Qur`an jika ia mencari pengakuan Allah dan meninggalkan apa yang dikatakan masyarakat serta berpaling kepada Allah. Jika ia berbuat sebaliknya, ia akan berisiko untuk dikuasai oleh kesalahan yang ditolak oleh Al-Qur`an. Sikap-sikap tersebut menjadikan ibadah terlihat dan membuat seseorang merasa berbangga diri. Semua sikap tersebut berseberangan dengan keikhlasan dan kesucian. Sifat-sifat yang hanya dibutuhkan saat melakukan ibadah untuk semata-mata mencari keridhaan Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar