Seminar Nasional Pendidikan IPA 2016

Kamis, 08 Maret 2012

Kesalahan Konsep Teori Evolusi


Kesalahan Konsep Teori Evolusi

 Setiap detail di alam semesta ini menunjukkan pada sebuah penciptaan yang luar biasa. Sementara itu, materialisme yang menafikan fakta penciptaan alam semesta tidak menghadirkan apa-apa kecuali suatu kerancuan ilmiah.
Sekali materialisme dinyatakan tidak sah maka semua teori yang berbasis pada filosofi ini menjadi tidak berdasar. Yang paling utama dari semua filsafat ini adalah Darwinisme, yakni teori yang berargumen bahwa kehidupan berasal dari materi yang mati dan terjadi secara kebetulan ini telah dihancurkan oleh penemuan bahwa alam semesta diciptakan oleh Allah. Seorang astro-fisikawan Amerika, Hugh Ross, menjelaskan hal tersebut,
“Ateisme, Darwinisme, dan isme-isme lainnya yang berasal dari filsafat abad ke-19 sampai 20 dibangun atas asumsi yang salah, yaitu bahwa alam semesta itu tak terbatas. Keanehan ini telah membawa kita berhadapan dengan penyebab–atau yang menyebabkan-di luar/di balik/sebelum adanya alam semesta dan semua yang dikandungnya, termasuk kehidupan itu sendiri.”[1]
Allahlah yang menciptakan alam semesta dan merancangnya hingga detail terkecil. Karenanya, tidaklah mungkin bagi teori evolusi—yang menyatakan bahwa makhluk hidup tidak diciptakan oleh Tuhan, tetapi terjadi secara kebetulan—untuk dianggap sebagai sebuah kebenaran.
Tak mengherankan, ketika melihat teori evolusi ini, kita melihat bahwa teori ini dibantah oleh penemuan-penemuan ilmiah. Konstruksi kehidupan ini benar-benar kompleks dan rumit. Dalam alam benda mati misalnya, kita dapat melihat betapa sensitifnya keseimbangan atom. Kita dapat mengamati dalam konstruksi kompleks yang di dalamnya atom-atom tersebut menyatu. Bagaimana luar biasanya mekanisme dan struktur protein, enzim, dan sel.
Konstruksi yang luar biasa dalam kehidupan telah mematahkan teori Darwin di akhir abad ke-20 ini.


[1] Hugh Ross, The Fingerprint of God, hlm. 50.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar