MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA
STOIKIOMETRI
LARUTAN
DOSEN PEMBIMBING
KELOMPOK 3
1. FITRI ROHMAWATI 110321419511
2.
HANIF
NUR ROHMAN 110321406343
3. M. RYAN MAHSUN A.
110321419524
4. RETNO
CAHYANINGRUM 110321419534
JURUSAN
FISIKA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
2011
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Reaksi Kimia adalah dimana satu atau atau lebih zat
berubah menjadi zat-zat baru yang sifat-sifatnya berbeda dibandingkan dengan
zat-zat penyusunnya sebelumnya. Reaksi kimia secara umum dapat dibagi menjadi 2
kelompok besar, yaitu reaksi asam-basa dan reaksi redoks. Secara garis besar, terdapat perbedaan yang mendasar antara kedua jenis reaksi tersebut, yaitu pada reaksi redoks terjadi perubahan
bilangan oksidasi (biloks), sedangkan pada reaksi asam-basa tidak ada perubahan
biloks.
Dalam mempelajari ilmu kimia
terdapat salah satu cabang yang sangat dibutuhkan untuk lebih memahami ilmu
kimia yaitu “Stoikiometri”. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari
tentang reaksi-reaksi yang terjadi dalam suatu proses kimia.
Dalam
proses pemahaman tentang stoikiometri
ini, sangat dibutuhkan penjabaran yang lebih spesifik
yang mengarah pada hasil
percobaan yang kemudian dijelaskan dalam pembahasan.
Untuk
mengkaji dan memanfaatkan tentang stoikiometri, perlu adanya pembahasan seperti
itu agar dapat memperkecil bahaya kurangnya pemahaman tentang ilmu kimia.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan stoikiometri?
2. Bagaimana cara penentuan stoikiometri larutan asam
basa dan CuSO4 – NaOH dengan percobaan sederhana?
3. Bagaimana terbntuknya atau terjadinya titik optimum
hasil reaksi stoikiometri asam-basa dan CuSO4 –
NaOH?
4. Faktor apa saja yang berpengaruh dalam terjadinya
titik optimum stoikiometri asam-basa dan CuSO4 –
NaOH?
5. Bagaimana penerapan stoikiometri dalam kehidupan
sehari – hari?
C.
Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari stoikiometri.
2. Menentukan stoikiometri larutan asam-basa dan CuSO4 –
NaOH dengan percobaan sederhana.
3. Mengetahui terjadinya titik optimum hasil stoikiometri
asam – basa dan CuSO4 – NaOH.
4. Mengetahui dan mampu menganalisis faktor-faktor apa
saja yang berpengaruh dalam terjadinya titik optimum stoikiometri asam-basa dan
CuSO4 – NaOH.
5. Dapat mengetahui dan menerapkan stoikiometri dalam
kehidupan sehari- hari.
BAB
II
PEMBAHASAN
Stoikiometri berasal dari
kata Yunani. “Stoicheion” yang
berarti unsur dan “metrain” yang
berarti pengukuran. Jadi Stoikiometri merupakan aspek kimia yang menyangkut
hubungan berbagai komponen dalam reaaksi kimia dan hubungan kuantitatif
diantara komponen tersebut.
Ilmu kimia adalah ilmu yang
berlandaskan eksperimen, dimulai dari pengamatan, kemudian diperoleh data yang
selanjutnya didapatkan keteraturan. Keteraturan yang diperoleh secara
eksperimen disebut hukum. Didalam ilmu kimia telah ditemukan beberapa hukum dasar atau hukum-hukum pokok ilmu kimia.
Adapun hukum-hukum dasar
itu adalah :
1.
Hukum Kekekalan Massa (= hokum Lavoiser)
Hukum Lavoiser ini adalah hasil dukungan banyak percobaan yang dirintis
olehnya, dengan menimbang senyawa-senyawa sebelum dan sesudah terjadinya reaksi
kimia. Hasil penyelidikannya inilah yang menyatakan bahwa pada reaksi-reaksi
kimia dalam kondisi-kondisi biasa tidak terjadi perubahan massa. Hal ini
berarti bahwa “dalam suatu reaksi
kimia jumlah massa zat sebelum dan sesudah adalah sama.”
Contoh:
39 gram Kalium direaksikan
dengan 36,5 gram HCl. Berapakah zat hasil reaksi?
Bila BA K = 39; BA Cl =
35,5; BA H = 1
Jawab: 2 K + 2 HCl 2 KCl +
H2
mol Kalium = 39 / 39
= 1 mol
2.
Hukum Perbandingan Tetap (= hokum Proust)
“Perbandingan massa
unsure-unsur yang membentuk suatu senyawa adalah tetap.”
Contoh : Berapakah Ca: O
dalam senyawa CaO?
Jawab : Ca : O = BA Ca : BA
O
= 40 : 16
= 5 : 2
3.
Hukum Kelipatan Perbandingan (= hokum Dalton)
“ Dua unsur yang berbeda membentuk lebih dari satu senyawa, massa unsure
kesatu yang bersenyawa dengan unsure kedua yang massanya sama berbanding
sebagai bilangan yang kecil dan bulat.”
Contoh: MnO : Mn2O7 (Mr Mn = 55, O = 16)
Berat O = 8 gram
4.
Hukum Perbandingan Volume (= hokum Gay Lussac)
“ Volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas hasil-hasil reaksi itu,
bila diukur pada suhu ( T ) dan tekanan ( P ) yang sama berbanding lurus
sebagai bilangan-bilangan bulat dan sederhana.”
Contoh : Berat 1 liter
suatu gas = 2 gram, 10 liter NO pada P dan T yang sama beratnya 7,5 gram. Berapa
berat molekul tersebut?
Jawab : V1 / V2 = n1 / n2
n1 = 2 / x
2 /x =1x0,25/10
X = 20/ 0,25
=80
5.
Hukum Avogadro
“ Pada suhu dan tekanan yang sama gas yang volumenya sama mengandung
molekul yang sama banyaknya”
Contoh:
Berapakah volume gas 29 gram C4H10 pada temperatur dan tekanan tetap, di mana
35 liter oksigen beratnya 40 gram (Mr C4 H10 = 58; Ar O = 16)
Jawab : Mol C4H10 = 29 / 54
= 0,5 mol
Mol O2 = 40 /
32 = 1,25 mol
1/ 2 mol
C4H10 = 0,5 / 1,25 x 35 = 14 liter
6.
Hukum Boyle
“Boyle menemukan bahwa udara dapat dimanfaatkan dan dapat berkembang
bila dipanaskan. Akhirya ia menemukan hukum yang kemudian terkenal sebagai
hukum Boyle:” bila suhu tetap, volume gas dalam ruangan tertutup berbanding terbalik
dengan tekananya.”
P1.V1=P2.V2
|
Contoh : 1
mol gas CO2 dengan volume 10 liter dan tekanan 1,5 atm 1 mol gas H2 dengan
volume 30 liter. Pada temperatur yang sama dengan gas CO2, berapa tekanannya?
Jawab : Diketahui : P1 =
1,5 atm
V1= 10 liter
V2= 30 liter
Ditanya : P2?
Jawab : P1.V1
= P2.V2
1,5 x 10 = P2 x 30
P2 = 0,5 atm
7.
Hukum Boyle-Lussac
“Bagi suatu kuantitas dari
suatu gas ideal (yakni kuantitas menurut beratnya) hasil kali dari
volume dan tekanannya dibagi dengan temperatur mutlaknya adalah
konstan".
Untuk n1 =
n2, maka P1.V1 / T1 = P2.V2 / T2
Contoh : 1
mol gas N2 pada tekanan 2 atm pada volume 15 liter pada temperatur27oC.
Berapakah volume gas pada tekanan 3 atm dengan temperatur 30oC?
Penyelesaian :
Diketahui : V1 = 15 liter T1 = (273 + 27) = 300o K
P1 = 2 atm T2 = (273 + 30) = 303oK
P2 = 3 atm
Ditanya : V2 = ?
Jawab : P1.V1 / T1 = P2.V2 / T2
2 x 15 / 300 = 3.V2 / 303
V2 = 10,1
liter
8.
Hukum Gas Ideal
Boyle membuat pompa vakum menggunakan teknik tercangih yang ada waktu
itu, dan ia
mengamati bahwa gas pada tekanan di bawah 1 atm akan mengembang. Setelah
ia melakukan
banyak percobaan, Boyle mengusulkan persamaan untuk menggambarkan
hubungan antara
volume V dan tekanan P gas. Hubungan ini disebut dengan hukum Boyle.
PV=k
(ketetapan)
|
Tiga hukum Gas
Hukum Boyle : V = a/P
(pada T, n tetap)
Hukum Charles : V = b.T
(pada P, n tetap)
Hukum Avogadro :V = c.n (pada
T, P tetap)
Jadi, V sebanding dengan T
dan n, dan berbanding terbalik pada P. Hubungan ini dapat
digabungkan menjadi satu
persamaan:
V = RTn/P
atau
PV = nRT
Keterangan:
V = Volume
P = Tekanan
n = mol
R = Konstanta (0,082)
T = Temperatur
Contoh:
Hitung volume 1 mol gas
pada keadaan standar(0oC pada tekanan 1 atm = 273oK).
Jawab :
PV = n. RT
1 x V = 1 x 0,082 x 273
V = 22,4
9.
Hukum Perbandingan Timbal Balik
“ Jika unsure A dan B masing – masing bereaksi dengan unsure C yang massanya
sama membentuk AC dan BC, maka perbandingan massa A dan B dalam pembentuk AB
adalah sama dengan perbandingan massa A dan massa B ketika membentuk AC dan BC
atau kelipatan dari perbandingan ini.”
Karbon + hydrogen
®
Metana
75g 25g
Karbon + oksigen
® Karbon monoksida
42,86g 57,14g
75g =
= 88,89g
Hydrogen +
oksigen ® air
11,11g 88,89g
1 : 8
10.
Hukum Perbandingan Setara
“ Bila suatu unsure bergabung dengan unsure yang lain, maka perbandingan
kedua unsure tersebut adalah sebagai perbandingan massa ekivalennya/kelipatan
sederhana darinya.”
2.1. Penentuan
stoikiometri Asam-Basa dan CuSO4
– NaOH.
Penentuan stoikiometri
larutan asam – basa dan CuSO4 –
NaOH menggunakan percobaan sederhana. Stoikiometri tersebut dapat dipelajari dengan mudah, salah satunya
dengan metode JOB atau metode Variasi Kontinu, yang mekanismenya yaitu dengan
dilakukan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun
molar totalnya sama. Sifat fisika tertentunya (massa, volume, suhu, daya
serap) diperiksa, dan perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri sistem.
Percobaan
ini dilakukan untuk mencari titik stoikiometri asam – basa. Pada pencampuran
NaOH dan HCl, baik larutan NaOH dan HCl tidak berwarna (bening). Setelah
pencampuran tidak terjadi perubahan warna tetapi terjadi perubahan suhu.
Perubahan suhu yang terjadi adalah kesamaan suhu akhir (TA) yang dihasilkan setelah kita melakukan percobaan tersebut. Dalam percobaan nanti akan didapat hasil dimana antara kedua pereaksi
mempunyai jumlah yang dan nilai yang sama dan ppada suhu yang sama pula.
Dan apabila sudah didapatkan, maka itu menandakan bahwa titik stoikiometri dicapai pada
saat volume kedua larutan sama, sehingga setelah pengolahan data bisa
didapatkan perbandingan koefisien reaksi dari kedua zat sama, yaitu 1 : 1.
Pada
stoikiometri NaOH – CuSO4, terjadi pula kesamaan suhu akhir (TA) yang hampir sama dengan NaOH dan HCl. Hanya saja pada
percobaan NaOH – CuSO4 memiliki suhu akhir (TA) sedikit lebih banyak
dan perbandingan koefisien reaksi dari kedua zat adalah 3 : 2.
Dari grafik aluran sifat
fisik terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal
yang sesuai titik stoikiometri system yang disebut dengan titik optimum, yang
menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam senyawa. Perubahan kalor pada
reaksi kimia bergantung jumlah pereaksinya.
Jika mol yang bereaksi
diubah dengan volume tetap, stoikiometri dapat ditentukan dari titik perubahan kalor
maksimal, yakni dengan mengalurkan kenaikan temperatur terhadap komposisi campuran.
Adapun faktor – faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya titik optimum adalah :
1.
Jumlah
pereaksi
2.
Suhu
3.
Volume
Sedangkan dalam kehidupan sehari – hari, konsep stoikiometri dapat kita temukan antara lain :
a.
Pengisian aki
b.
Gejala Kapilaritas pada air
c.
Teori Kinetik Gas
d.
Kalorimeter
e.
Memanaskan/ memasak air
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Stoikiometri merupakan aspek kimia yang menyangkut
hubungan berbagai komponen dalam reaaksi kimia dan hubungan kuantitatif
diantara komponen tersebut.
·
Beberapa hukum dasar kimia yaitu Hukum Kekekalan Massa (= hokum Lavoiser), Hukum Perbandingan Tetap (= hokum Proust), Hukum Kelipatan Perbandingan (= hokum Dalton), Hukum Perbandingan Volume (= hokum Gay Lussac), Hukum Avogadro, Hukum Boyle, Hukum Boyle-Lussac, Hukum Gas Ideal, Hukum Perbandingan Timbal
Balik, Hukum Perbandingan Setara.
·
Penentuan stoikiometri larutan asam – basa dan CuSO4
– NaOH menggunakan
metode JOB atau metode Variasi Kontinu, yang
mekanismenya yaitu dengan dilakukan pengamatan terhadap kuantitas molar
pereaksi yang berubah-ubah, namun molar totalnya sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar