BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Termokimia
Termokimia dapat
didefinisikan sebagai bagian ilmu kimia yang mempelajari dinamika atau
perubahan reaksi kimia dengan mengamati panas/termal nya saja. Salah satu
terapan ilmu ini dalam kehidupan sehari-hari ialah reaksi kimia dalam tubuh
kita dimana produksi dari energi-energi yang dibutuhkan atau dikeluarkan untuk
semua tugas yang kita lakukan. Pembakaran dari bahan bakar seperti minyak dan
batu bara dipakai untuk pembangkit listrik. Bensin yang dibakar dalam mesin
mobil akan menghasilkan kekuatan yang menyebabkan mobil berjalan. Bila kita
mempunyai kompor gas berarti kita membakar gas metan (komponen utama dari gas
alam) yang menghasilkan panas untuk memasak. Dan melalui urutan reaksi yang
disebut metabolisme, makanan yang dimakan akan menghasilkan energi yang kita
perlukan untuk tubuh agar berfungsi.
Hampir semua reaksi kimia selalu ada energi yang diambil
atau dikeluarkan. Mari kita periksa terjadinya hal ini dan bagaimana kita
mengetahui adanya perubahan energi.
Misalkan kita akan melakukan reaksi kimia dalam suatu
tempat tertutup sehingga tak ada panas yang dapat keluar atau masuk kedalam
campuran reaksi tersebut. Atau reaksi dilakukan sedemikian rupa sehingga energi
total tetap sama. Juga misalkan energi potensial dari hasil reaksi lebih rendah
dari energi potensial pereaksi sehingga waktu reaksi terjadi ada penurunan
energi potensial. Tetapi energi ini tak dapat hilang begitu saja karena energi
total (kinetik dan potensial) harus tetap konstan. Sebab itu, bila energi
potensialnya turun, maka energi kinetiknya harus naik berarti energi potensial
berubah menjadi energi kinetik. Penambahan jumlah energi kinetik akan
menyebabkan harga rata-rata energi kinetik dari molekulmolekul naik, yang kita
lihat sebagai kenaikan temperatur dari campuran reaksi. Campuran reaksi menjadi
panas.
Kebanyakan reaksi kimia tidaklah tertutup dari dunia
luar. Bila campuran reaksi menjadi panas seperti digambarkan dibawah, panas
dapat mengalir ke sekelilingnya. Setiap perubahan yang dapat melepaskan energi
ke sekelilingnya seperti ini disebut perubahan eksoterm. Perhatikan bahwa bila
terjadi reaksi eksoterm, temperatur dari campuran reaksi akan naik dan energi
potensial dari zat-zat kimia yang bersangkutan akan turun.
Kadang-kadang perubahan kimia terjadi dimana ada
kenaikan energi potensial dari zat-zat bersangkutan. Bila hal ini terjadi, maka
energi kinetiknya akan turun sehingga temperaturnya juga turun. Bila sistem
tidak tertutup di sekelilingnya, panas dapat mengalir ke campuran reaksi dan
perubahannya disebut perubahan endoterm. Perhatikan bahwa bila terjadi suatu
reaksi endoterm, temperatur dari campuran reaksi akan turun dan energi
potensial dari zat-zat yang ikut dalam reaksi akan naik.
b. Pengukuran Energi Dalam
Reaksi Kimia
Satuan internasional standar untuk energi yaitu Joule
(J) diturunkan dari energi kinetik. Satu joule = 1 kgm2/s2.
Setara dengan jumlah energi yang dipunyai suatu benda dengan massa 2 kg dan
kecepatan 1 m/detik (bila dalam satuan Inggris, benda dengan massa 4,4 lb dan
kecepatan 197 ft/menit atau 2,2 mile/jam).
1 J = 1 kg m2/s2
Satuan energi yang lebih kecil yang dipakai dalam fisika
disebut erg yang harganya = 1×10-7 J. Dalam mengacu pada energi yang
terlibat dalam reaksi antara pereaksi dengan ukuran molekul biasanya digantikan
satuan yang lebih besar yaitu kilojoule (kJ). Satu kilojoule = 1000 joule (1 kJ
= 1000J).
Semua bentuk energi dapat diubah keseluruhannya ke panas
dan bila seorang ahli kimia mengukur energi, biasanya dalam bentuk kalor. Cara
yang biasa digunakan untuk menyatakan panas disebut kalori (singkatan kal).
Definisinya berasal dari pengaruh panas pada suhu benda. Mula-mula kalori
didefinisikan sebagai jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan temperatur 1
gram air dengan suhu asal 150C sebesar 10C. Kilokalori
(kkal) seperti juga kilojoule merupakan satuan yang lebih sesuai untuk
menyatakan perubahan energi dalam reaksi kimia. Satuan kilokalori juga
digunakan untuk menyatakan energi yang terdapat dalam makanan.
Dengan diterimanya SI, sekarang juga joule (atau
kilojoule) lebih disukai dan kalori didefinisi ulang dalam satuan SI. Sekarang
kalori dan kilokalori didefinisikan secara eksak sebagai berikut :
1 kal = 4,184 J
1 kkal = 4,184 kJ
Untuk membahas energi dalam reaksi kimia, pertama-tama
perlu kita fahami tentang kandungan energi dalam sebuah benda. Kita sendiri
tidak tahu berapa besar energi yang kita miliki, namun kita tahu berapa besar
energi (kalori) yang masuk kedalam tubuh melalui makanan atau pertambahan
energi, begitupula kita dapat mengukur berapa besarnya energi yang kita
keluarkan untuk mengangkat 50 kg beras atau terjadinya penurunan energi. Oleh
sebab itu pengukuran energi selalu menggunakan perubahan energi.
Entalphi (H) didefinisikan sebagai kandungan energi dari suatu zat
pada tekanan tetap. Karena tidak mungkin mengukur entalphi, maka yang kita ukur
selalu perubahan entalphi (ΔH).
Untuk lebih mudahnya kita cermati kejadian ini, beberapa
gram kapur tohor (CaO) dimasukan kedalam gelas yang berisi air, dan diaduk, dan
proses pelarutan terjadi dalam hal ini terjadi reaksi antara air dan kapur
tohor. Apa yang terjadi? Reaksi ini meghasilkan panas. Dalam hal ini, panas
berpindah dari system ke lingkungan. Proses reaksi ini dapat disederhanakan
dalam persamaan reaksi dibawah ini :
CaO + H2O → Ca(OH)2 dan panas
Jika reaksi berlangsung dari zat A berubah menjadi zat
B, maka Δ H, selalu diukur dari H hasil – H reaktan, sehingga secara umum : ΔH
= H B – H A, perhatikan Gambar 10.15
Gambar. Konsep Entalphi pada perubahan zat.
Besarnya perubahan entalphi pembentukan suatu zat telah
diukur secara eksperimen, pengukuran ΔH pada 25°C 1atm dinyatakan sebagai ΔHo
(perubahan entalphi standar)
Persamaan reaksi dapat dilengkapi dengan informasi
energi yang menyertainya, umumnya dituliskan dengan menambahkan informasi
perubahan energi (ΔH) disebelah kanannya. Berdasarkan ΔH kita dapat bagi menjadi
dua jenis reaksi yaitu reaksi eksoterm dan endoterm, lihat Bagan 10.16.
Bagan. Jenis reaksi dan entalphinya
Reaksi Eksoterm adalah reaksi yang menghasilkan
panas/kalor. Pada reaksi inin ΔH bernilai negatif, sehingga ΔH produk lebih
kecil dibandingkan dengan ‘H reaktan.
C + O2 → CO2 ΔH = -94 Kkal/mol
Reaksi endoterm merupakan reaksi yang menyerap panas, ΔH
reaksi ini bernilai positif, sehingga ΔH produk lebih besar dibandingkan dengan
‘H reaktannya.
CO2 + 2 SO2 → CS2 + 3 O2 ΔH= +1062.5 kJ/mol
2.2 Kalor Reaksi yang Merupakan Manifestasi dari Perubahan
Energi dalam Termokimia.
a. Kalor Pembentukan (∆Hf)
Kalor pembentukan
adalah kalor yang dikeluarkan atau diperlukan untuk membentuk 1 mol senyaawa
dari unsur-unsurnya dalam keadaan standar. Pada umumnya entalpi pembentukan
senyawa bertanda negative. Hal ini menunjukkan bahwa yang bersangkutan lebih
stabil dari unsur-unsurnya. Entalpi pembentukan dalam keadaan standar
ditetapkan sama dengan nol ( 0 ). Jika pengukuran dilakukan pada keadaan
standar (298 k, 1 atm) dan semua unsur-unsurnya dalam bentuk standar, maka
perubahan entalpinya disebut entalpi pembentukan standar (ΔHf 0).
Entalpi pembentukan dinyatakan dalam kJ per mol (kJ mol -1).
Supaya terdapat keseragaman, maka harus ditetapkan keadaan
standar, yaitu suhu 25 0 C dan tekanan 1 atm. Dengan demikian
perhitungan termokimia didasarkan pada keadaan standar.
Pada umumnya dalam persamaan termokimia dinyatakan:
AB + CD ———> AC + BD Δ H0 = x kJ/mol
Δ H0 adalah lambang dari perubahan entalpi
pada keadaan itu. Yang dimaksud dengan bentuk standar dari suatu unsur adalah
bentuk yang paling stabil dari unsur itu pada kondisi standar (298 K, 1 atm).
Untuk unsur yang mempunyai bentuk alotropi, bentuk
standarnya ditetapkan berdasarkan pengertian tersebut. Misalnya, karbon yang
dapat berbentuk intan dan grafit, bentuk standarnya adalah grafit, karena
grafit adalah bentuk karbon yang paling stabil pada 298 K, 1 atm. Dua hal yang
perlu diperhatikan berkaitan dengan entalpi pembentukan yaitu bahwa zat yang
dibentuk adalah 1 mol dan dibentuk dari unsurnya dalam bentuk standar.
Contoh: Entalpi pembentukan etanol (C2H5OH)
(l) adalah -277,7 kJ per mol. Hal ini berarti: Pada pembentukan 1 mol (46
gram) etanol dari unsur-unsurnya dalam bentuk standar, yaitu karbon (grafit),
gas hidrogen dan gas oksigen, yang diukur pada 298 K, 1 atm dibebaskan 277,7
kJ dengan persamaan termokimianya adalah:
2 C (s, grafit) + 3H2 (g) + ½ O2 (g) –> C2 H5 OH (l) ΔH = -277,7kJ
2 C (s, grafit) + 3H2 (g) + ½ O2 (g) –> C2 H5 OH (l) ΔH = -277,7kJ
b. Kalor
Penguraian (∆Hd)
Kalor penguraian adalah kalor yang dihasilkan atau diperlukan untuk
menguraikan 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya.
c. Kalor Pembakaran (∆Hc)
Kalor pembakaran
adalah jumlah kalor yang dibebaskan per mol zat yang dapat dibakar, dan zat
tersebut bereaksi dengan oksigen. Zat yang mudah terbakar antara lain adalah
unsur karbon, hydrogen, belerang, dan berbagai senyawa dari unsur tersebut.
Pembakaran dikatakan smpurna jika :
- Karbon ( C ) terbakar menjadi CO2.
- Hidrogen ( H ) terbakar menjadi H2O.
- Belerang ( S ) terbakar menjadi SO2.
Bahan bakar utama dewasa ini adalah bahan bakar fosil,
yaitu gas alam, minyak bumi, dan batu bara. Bahan bakar fosil itu berasal dari
pelapukan sisa organisme, baik tumbuhan atau hewan. Pembentukan bahan bakar
fosil ini memerlukan waktu ribuan sampai jutaan tahun.
Bahan bakar fosil terutama terdiri atas senyawa
hidrokarbon, yaitu senyawa yang hanya terdiri atas karbon dan hidrogen. Gas
alam terdiri atas alkana suku rendah terutama metana dan sedikit etana,
propana, dan butana. Seluruh senyawa itu merupakan gas yang tidak berbau. Oleh
karena itu, kedalam gas alam ditambahkan suatu zat yang berbau tidak sedap,
yaitu merkaptan, sehingga dapat diketahui jika ada kebocoran. Gas alam dari
beberapa sumber mengandung H2S, suatu kontaminan yang harus disingkirkan
sebelum gas digunakan sebagai bahan bakar karena dapat mencemari udara.
Beberapa sumur gas juga mengandung helium.
Minyak bumi adalah cairan yang mengandung ratusan macam
senyawa, terutama alkana, dari metana hingga yang memiliki atom karbon mencapai
lima puluhan. Dari minyak bumi diperoleh bahan bakar LPG (Liquified Petroleum
gas), bensin, minyak tanah, kerosin, solar dan lain-lain. Pemisahan komponen
minyak bumi itu dillakukan dengan destilasi bertingkat. Adapun batu bara adalah
bahan bakar padat, yang terutama, terdiri atas hidrokarbon suku tinggi. Batu
bara dan minyak bumi juga mengandung senyawa dari oksigen, nitrogen, dan
belerang.
Bahan bakar fosil, terutama minyak bumi, telah
digunakan dengan laju yang jauh lebih cepat dari pada proses pembentukannya.
Oleh karena itu, dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi akan segera habis.
Untuk menghemat penggunaan minyak bumi dan untuk mempersiapkan bahan bakar
pengganti, telah dikembangkan berbagai bahan bakar lain, misalnya gas sintesis
(sin-gas) dan hidrogen. Gas sintetis diperoleh dari gasifikasi batubara. Batu
bara merupakan bahan bakar fosil yang paling melimpah, yaitu sekitar 90 % dari
cadangan bahan bakar fosil. Akan tetapi penggunaan bahan bakar batubara
menimbulkan berbagai masalah, misalnya dapat menimbulkan polusi udara yang
lebih hebat daripada bahan bakar apapun. Karena bentuknya yang padat terdapat
keterbatasan penggunaannya. Oleh karena itu, para ahli berupaya mengubahnya
menjadi gas sehingga pernggunaannya lebih luwes dan lebih bersih.
Gasifikasi batubara dilakukan dengan mereaksikan
batubara panas dengan uap air panas. Hasil proses itu berupa campuran gas CO,H2
dan CH4.
Sedangkan bahan sintetis lain yang juga banyak dipertimbangkan
adalah hidrogen. Hidrogen cair bersama-sama dengan oksigen cair telah digunakan
pada pesawat ulang-alik sebagai bahan bakar roket pendorongnya. Pembakaran
hidrogen sama sekali tidak memberi dampak negatif pada lingkungan karena hasil
pembakarannya adalah air. Hidrogen dibuat dari air melalui reaksi
endoterm berikut:
H2O (l) —> 2 H2 (g) + O2 (g) ΔH = 572
kJ
Apabila energi yang digunakan untuk menguraikan air
tersebut berasal dari bahan bakar fosil, maka hidrogen bukanlah bahan bakar
yang konversial. Tetapi saat ini sedang dikembangkan penggunaan energi nuklir
atau energi surya. Jika proyek itu berhasil, maka dunia tidak perlu khawatir
akan kekurangan energi. Matahari sesungguhnya adalah sumber energi
terbesar di bumi, tetapi tekonologi penggunaan energi surya belumlah komersial.
Salah satu kemungkinan penggunaan energi surya adalah menggunakan tanaman yang
dapat tumbuh cepat. Energinya kemudian diperoleh dengan membakar tumbuhan itu.
Dewasa ini, penggunaan energi surya yang cukup komersial adalah untuk pemanas
air rumah tangga (solar water heater).
d. Kalor Pelarutan (∆Hs)
Kalor pelarutan adalah Kalor yang dihasilkan dari reaksi
pelarutan dari satu mol senyawa ke dalam pelarut dan menjadi larutan encer.
Entalphi pelarutan standar hasil pengukuran pada 25oC dengan tekanan
1 atm dilambangkan dengan ΔHo.
Jika kita mengencerkan asam sulfat ke dalam air, maka
secara perlahan-lahan kita memipet asam sulfat dan meneteskannya secara tidak
langsung ke air melalui dinding tabung reaksi. Jika kita pegang dinding tabung
reaksi akan terasa hangat. Hal ini mengindikasikan bahwa proses pengenceran
asam sulfat melepaskan panas dengan persamaan reaksi;
H2SO4(aq) + 2H2O ↔ 2 H3O+ + SO42-(aq)ΔHos= – 909.27 kJ/mol
Perhitungan energi dalam bentuk kalor reaksi maupun
entalphi dapat dilakukan dengan cara lain. Hal ini didasari pada prinsip reaksi
yaitu penataan ulang ikatan kimia dari zat-zat yang bereaksi. Pertama-tama
terjadi pemutusan ikatan kemudian dilanjutkan dengan pembentukan ikatan.
Sehingga proses penghitungan energi dapat menggunakan energi ikat dari senyawa
yang terlibat dalam reaksi tersebut.
Dalam laboratorium, eksperimen dapat dilakukan untuk
mengukur ΔH dengan menggunakan kalorimeter (Gambar 10.19). Alat ini bekerja
berdasarkan azas Black dimana kalor yang dilepaskan sama dengan kalor yang
diterima. Jika zat A suhu x oC dengan zat B dengan suhu yang sama x oC,
setelah bercampur dihasilkan zat C yang suhu meningkat menjadi z oC.
Terjadi perubahan suhu sebesar Δt = (z-x) oC.
Perubahan mengindikasikan bahwa reaksi menghasilkan panas. Perhitungan entalphi
dapat diketahui dengan persamaan:
q = m . c . Δt
q: Kalor reaksim : massa zat (gram)
Δt : perubahan suhu (oC)
c : Kalor jenis zat cair (J/g oC).
d. Kalor Penguapan (∆HO)
Kalor penguapan adalah energi yang dibutuhkan untuk mengubah suatu kuantitas zat menjadi gas. Energi ini diukur pada titik didih zat dan walaupun nilainya biasanya dikoreksi ke 298 K, koreksi ini kecil dan sering lebih kecil dari pada deviasi standar nilai terukur. Nilainya biasanya dinyatakan dalam kJ/mol, walaupun bisa juga dalam kJ/kg, kkal/mol, kal/g dan Btu/lb.
Panas penguapan dapat dipandang sebagai energi yang dibutuhkan untuk mengatasi interaksi antarmolekul di dalam cairan (atau padatan pada sublimasi). Karenanya, helium memiliki nilai yang sangat rendah, 0,0845 kJ/mol, karena lemahnya gaya van der Waals antar atomnya. Di sisi lain, molekul air cair diikat oleh ikatan hidrogen yang relatif kuat, sehingga panas penguapannya, 40,8 kJ/mol, lebih dari lima kali energi yang dibutuhkan untuk memanaskan air dari 0 °C hingga 100 °C (cp = 75,3 J/K/mol).
Harus diperhatikan, jika menggunakan panas penguapan untuk mengukur kekuatan gaya antarmolekul, bahwa gaya-gaya tersebut mungkin tetap ada dalam fase gas (seperti pada kasus air), sehingga nilai perhitungan kekuatan ikatan akan menjadi terlalu rendah. Hal ini terutama ditemukan pada logam, yang sering membentuk molekul ikatan kovalen dalam fase gas. Dalam kasus ini, perubahan entalpi standar atomisasi harus digunakan untuk menemukan nilai energi ikatan yang sebenarnya.
e. Kalor Sublimasi
Kalor yang diperlukan untuk sublimasi per
satuan massa disebut kalor sublimasi.
d. Kalor Netralisasi (∆Hn)
Kalor Netralisasi adalah kalor yang dihasilkan atau
diperlukan untuk membentuk 1 mol H2O dari reaksi antara asam dan
basa. Kalor netralisasi termasuk reaksi eksoterm karena pada reaksi ini terjadi
kenaikan suhu.
2.3 Proses dalam Menentukan Kalor Reaksi untuk Berbagai
Reaksi Kimia.
Dalam menentukan
kalor reaksi dapat ditentukan dengan melakukan percobaan sebagai berikut:
a.Judul Percobaan : Percobaan Termokimia
b.Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
dalam percobaan termokimia ini antara lain :
- 1 set kalorimeter beserta pengaduk dan termometernya.
- Pemanas ( pembakar spirtus, kaki tiga, dan kasa pembakar)
- 1 buah Erlenmeyer
- 1 buah thermometer
- Statif
- Stopwatch
Bahan yang digunakan dalam percobaan termokimia ini antara lain:
- Aquades
- HCL 2 M
- NH4OH 2.05 M
- CH3COOH 2 M
- NaOH 2.05 M
- Etanol
C. Cara Kerja
1) Tetapan Kalorimeter
- Membandingkan kedua thermometer dengan mencelupkannya
bersama-sama dalam aquades pada temperatur kamar selama 1 menit dan
membaca temperature masing-masing dengan ketelitian 0.1oC.
Harus selalu menggunakan 1 termometer dalam kalorimeter.
- Memasukkan 50 ml air ke dalam sebuah erlenmeyr, kemudian
memanaskannya hingga bersuhu 15oC-20oC diatas
temperature kamar.
- Sambil mengerjakan tahap 2, menimbang sebuah calorimeter yang
kering dan bersih dengan teliti.
- Memasukkan 50 ml air dingin (aquades) ke dalam calorimeter
tersebut dan menimbangnya.
- Menutup kalorimeter tersebut dan memasang pengaduk serta
termometernya.
- Mengukur suhu aquades dalam kalorimeter dan air panas secara
bersamaan dengan teliti (± 0.1oC) tiap menit selama 3 menit.
- Pada menit ke 4, menuangkan air panas ke dalam air dingin
(aqauades) di dalam kalorimeter dengan cepat, kemudian menutup dan
mengaduknya segera
- Mengukur suhu pada menit ke 5,6,7. Hingga menit terakhir
pengadukan harus tetap berlangsung
- Menimbang kembali kalorimeter beserta isinya,kemudian
menghitung berat air panas yang ditambahkan.
- Menghitung perubahan temperature untuk air dingin(aquades) dan
air panas.
- Menghitung kalor yang dilepas oleh air panas à massaair panas c ∆T2
- Menghitung kalor yang diterima oleh air dingin à massaair dingin c ∆T1
- Menghitung kalor yang diterima kalorimeter yaitu selisih antara
kalor yang dilepaskan oleh air panas
dengan kalor yang diterima aquades.
Dari percobaan pertama di dapat hasil :
Berat (gram)
|
Temperatur pada menit ke (oC)
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||
Air dingin
|
47.88
|
27
|
27
|
27
|
-
|
-
|
-
|
|
Air panas
|
46.52
|
46
|
45
|
44
|
-
|
-
|
-
|
|
Campuran
|
94.4
|
-
|
-
|
-
|
32.5
|
32
|
32
|
Massa kalorimeter : 437.87 gram
Perhitungan :
Perubahan temperatur air dingin (∆T1) : 32.5oC-27oC =
5.5oC
Perubahan temperatur air panas (∆T2) : 45oC-32.5oC = 12.5oC
Kalor yang dilepas oleh air panas :
massaair panas c ∆T2
: 46.52 gram. 4.2 kal/gr C . 12.5oC
: 2442.3 J
Kalor yang diterima oleh air dingin :
massaair dingin c ∆T1
: 47.88 gram . 4.2 kal/gr C. 5.5oC
: 1106.1 J
Kalor yang diterima kalorimeter :
Q lepas – Q terima
: 2442.3 J – 1106.1 J
: 1336.2 J
Tetapan Kalorimeter : Kalor yang
diterima kalorimer
∆T1
: 1336.2
J
12.5oC
: 106.9 J/K
2) Perhitungan Kalor Pelarutan Etanol-Air
Kalor pelarutan
etanol adalah perubahan kalor yang terjadi jika etanol dilarutkan dalam volume
air yang tak berhingga.
- Menimbang kalorimeter yang sudah ditentukan tetapan
kalorimetrnya dengan tepat
- Memasukkan 18 ml air ke dalam kalorometer dengan menggunakan
gelas ukur. Air dapat diganti dengan aquades.
- Menimbang kembali kalorimeter beserta isinya dengan tepat.
- Menghitung berat air.
- Menutup, memasang pengaduk dan termometernya.
- Memasukkan 20 ml etanol kedalam Erlenmeyer.
- Menutup Erlenmeyer yang ditengahnya disisipkan sebuah
termometer.
- Mengukur temperatur air dan etanol secara bersamaan tiap meit
selama 4 menit.
- Pada menit ke 5, memasukkan etanol kedalam kalorimeter.
- Mengaduk dengan baik dan mengukur suhunya tiap menit selama 8
menit.
- Menimbang kalorimeter beserta isinya.
- Menghitung berat etanol yang ditambahkan dalam calorimeter.
- Menghitung jumlah mol air dan jumlah mol etanol yang digunakan.
- Menghitung mol air/mol etanol.
- Menghitung kenaikan suhu keduanya pada menit ke 5.
- Menghitung kalor yang diserap air,etanol, dan calorimeter.
- Menghitung kalor yang dihasilkan pada pelarutan etanol.
- Menghitung entalpi permol etanol yang digunakan.
Berikut ini 1 contoh hasil percobaan :
Cairan
|
Volume (ml)
|
Berat (gram)
|
Temperatur pada menit ke (oC)
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
|||
Air
|
18
|
15.96
|
29
|
29
|
29
|
29
|
34
|
34
|
33
|
32.5
|
32.5
|
32
|
32
|
32
|
|
Etanol
|
20
|
14.66
|
32
|
32
|
31
|
31
|
Perhitungan :
Jumlah mol air :
Massa/Mr
:
15.96 gram / 18
:
0.9 mol
Jumlah mol etanol : Massa/Mr
:
14.66 gram/ 46
:
0.3 mol
Kenaikan suhu air :
34oC-29oC = 5oC
Kenaikan suhu etanol :
34oC-31oC = 2oC
Kalor yang diserap air :
massa air . c air. ∆T air
:
15.96 gram . 4,2 J / g.oC.
: 335.2 J
Kalor yang diserap etanol : massa etanol. c etanol. ∆T etanol
: 14.66 gram . 1,92 J / g.oC.
2oC
:
56.3 J
Kalor yang di serap kalorimeter :
C . ΔT
:
106.9 J/K . 5oC
:
543.5 J
Kalor total :
Qair+Qetanol+Qkalorimeter
:
335.2 J+56.3 J+543.5 J
:
935 J
3) Penentuan Kalor Netralisasi HCl(aq) –NaOH(aq)
- Memasukkan20 ml HCl 2 M kedalam calorimeter dan 20 ml NaOH 2.05
M ke dalam Erlenmeyer.
- Mengukur temperature kedua larutan tersebut tiap menit selama 3
menit.
- Memasukkan larutan NaOH ke larutan HCl pada menit ke 4 dengan
cepat kemudian mengukur suhunya tiap menit selama 3 menit.
Data yang diperoleh :
Volume
(ml)
|
Temperatur pada menit ke (oC)
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||
HCl 2 M
|
20
|
28
|
28
|
28
|
-
|
-
|
-
|
|
NaOH 2.05 M
|
20
|
30
|
30
|
30
|
-
|
-
|
-
|
|
Campuran
|
40
|
-
|
-
|
-
|
34
|
33.5
|
33
|
Perhitungan :
Massa jenis = 1.039 gram/ml
C = 3.96 J/gK
Kenaikan suhu HCl : 34oC-28oC =
6oC
Kenaikan suhu NaOH : 34oC-30oC= 4oC
Kalor yang diserap HCl : massa HCl . c HCl. ∆T HCl
: (1.039gram/ml . 20 ml) . 3.96
J/gK. 6oC
: 489.5 J
Kalor yang diserap NaOH : massa NaOH . c NaOH. ∆T NaOH
: (1.039gram/ml . 20 ml) 1. 3.96 J/gK.. 4oC
: 326.3 J
Kalor yang di serap kalorimeter :
C . ΔT
:
106.9 J/K . 6oC
:
641.4 J
Kalor total :
Q HCl r+Q NaOH +Qkalorimeter
:
489.5 J+326.3 +641.4 J
:
1457.2 J
n H2O = M x V = 0,04
mol
HCl (aq)+NaOH (aq) à NaCl (aq)+ H2O (aq)
4) Penentuan Kalor Netralisasi NH4OH(aq) – HCl (aq)
- Memasukkan20 ml HCl 2 M kedalam calorimeter dan 20 ml NH4OH
2.05 M ke dalam Erlenmeyer.
- Mengukur temperature kedua larutan tersebut tiap menit selama 3
menit.
- Memasukkan larutan NH4OH ke larutan HCl pada menit
ke 4 dengan cepat kemudian mengukur suhunya tiap menit selama 3 menit.
Data yang diperoleh :
Volume
(ml)
|
Temperatur pada menit ke (oC)
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||
HCl 2 M
|
20
|
28
|
28
|
28
|
-
|
-
|
-
|
|
NH4OH 2.05 M
|
20
|
27
|
27
|
27
|
-
|
-
|
-
|
|
Campuran
|
40
|
-
|
-
|
-
|
28.5
|
28.5
|
28
|
Perhitungan :
Massa jenis = 1.015 gram/ml
C = 3.96 J/gK
Kenaikan suhu NH4OH :
28.5oC-27oC = 0.5oC
Kenaikan suhu NaOH : 28.5oC-28oC=
0.5oC
Kalor yang diserap HCl : massa HCl . c HCl. ∆T HCl
: (1.015gram/ml . 20 ml) . 3.96
J/gK. 0.5oC
: 40.2 J
Kalor yang diserap NH4OH : massa NH4OH. c NH4OH. ∆T NH4OH
: (1.015gram/ml . 20 ml) 1. 3.96 J/gK.. 0.5oC
: 40.2 J
Kalor yang di serap kalorimeter :
C . ΔT
:
106.9 J/K . 0.5oC
:
53.45 J
Kalor total :
Q HCl +Q NH4OH +Qkalorimeter
:
40.2 J+40.2 J +53.45 J
:
133.8 J
n H2O = M x V = 0,04
mol
HCl (aq)+ NH4OH (aq) à NH4Cl (aq)+ H2O (aq)
5) Penentuan Kalor Netralisasi NaOH(aq) – CH3COOH (aq)
- Memasukkan20 ml CH3COOH 2 M kedalam calorimeter dan
20 ml NaOH 2.05 M ke dalam Erlenmeyer.
- Mengukur temperature kedua larutan tersebut tiap menit selama 3
menit.
- Memasukkan larutan NaOH ke larutan CH3COOH pada
menit ke 4 dengan cepat kemudian mengukur suhunya tiap menit selama 3
menit.
Data yang diperoleh :
Volume
(ml)
|
Temperatur pada menit ke (oC)
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||
CH3COOH 2 M
|
20
|
29.5
|
29.5
|
30
|
-
|
-
|
-
|
|
NaOH 2.05 M
|
20
|
27
|
27
|
27
|
-
|
-
|
-
|
|
Campuran
|
40
|
-
|
-
|
-
|
31.5
|
31
|
31
|
Perhitungan :
Massa jenis = 1.098 gram/ml
C = 4.02 J/gK
Kenaikan suhu CH3COOH :
31.5-30oC = 1.5oC
Kenaikan suhu NaOH : 31.5-27oC= 3.5oC
Kalor yang diserap CH3COOH : massa CH3COOH. c CH3COOH. ∆T CH3COOH
: (1.098gram/ml . 20 ml) 4.02 J/gK. 0.5oC
: 176.6 J
Kalor yang diserap NaOH : massa NaOH . c NaOH . ∆T NaOH : (1.098gram/ml . 20 ml)
4.02 J/gK.. 0.5oC
: 308.9 J
Kalor yang di serap kalorimeter :
C . ΔT
:
106.9 J/K . 1.5oC
:
160.4 J
Kalor total :
Q CH3COOH +Q NaOH +Qkalorimeter
:
176.6 J+308.9 J +160.4 J
:
645.9 J
n H2O = M x V = 0,04
mol
CH3COOH (aq)+ NaOH
(aq) à CH3COONa (aq)+ H2O (aq)
Catatan :
Pada perhitungan kalor yang diterima calorimeter , ∆T trersebut
menggunakan xat yang suhunya mendekati keadaan normal 25oC.
Jadi dimisalkan ada dua larutan yang bereaksi misalkan larutan a dan
larutan b maka :
Qa : massa a . c a. ∆T a
Qb : massa b. c b ∆T b
Qkalorimeter : C . ΔT(menggunakan
perubahan suhu zat yang mendekati keadaan standart)
Q total :
Q a +Q b
+Qkalorimeter
Pada saat melakukan percobaan ,sistem harus terisolasi agar terjadi
kesetimbangan termal dan didapat hasil yang valid.
Termokimia pada kehidupan sehari-hari dapat diterapkan pada
pencampuran air panas dan air dingin saat akan menggunakannya sebagai air
hangat, hanya saja pada ilustrasi tersebut system tidak terisolasi.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari
makalah ini, antara lain :
- Termokimia adalah bagian dari termodinamika yang
membahas masalah perubahan energy yang menyertai reaksi kimia.
- Kalor reaksi sebagai manifestasi perubahan energy pada
termokimia dikategorikan menjadi :
a. Kalor Pembentukan
b. Kalor
Penguraian
c. Kolor
Pembakaran
d. Kalor
Pelarutan, Penguapan dan Sublimasi.
e. Kalor
Netralisasi.
- . Perhitungan entalphi dapat diketahui dengan persamaan:
q = m . c . Δt
q: Kalor reaksi
m : massa zat (gram)
Δt : perubahan suhu (oC)
c : Kalor jenis zat cair (J/g oC).
m : massa zat (gram)
Δt : perubahan suhu (oC)
c : Kalor jenis zat cair (J/g oC).
- Jika dimisalkan ada dua larutan yang bereaksi misalkan larutan
a dan larutan b maka :
Qa :
massa a . c a. ∆T a
Qb : massa
b. c b ∆T b
Qkalorimeter : C . ΔT(menggunakan
perubahan suhu zat yang mendekati keadaan standart)
Q total :
Q a +Q b
+Qkalorimeter
3.2 Saran
Untuk penulisan makalah yang akan datang,
diharapkan penulis menggunakan referensi yang lebih banyak lagi agar tercipta
makalah yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P. W.,
1994, Kimia Fisika, Erlangga, Jakarta .
www..Chem-Is-Try.org .Situs Kimia Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar