Mencermati
Pesan Rasululullah
الحَمْدُ
للهِ المُبْتَدِئِ بِحَمْدِ نَفْسِهِ قَبْلَ أَنْ يَحْمَدَهُ حَامِدٌ. الغَفُوْرُ
الرَّحِيْمِ الصَّمَدُ الوَاحِدُ. وَاَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الحَيُّ القَيُّوْمُ ذُوْالجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ
وَالمَوَاهِبُ العِظَامُ وَالمُتَكَلِّمُ بِالقُرْآنِ وَالخَالِقُ لِلْإِنْسَانِ
وَالمُنْعِمُ عَلَيْهِ بِالإِيْمَانِ وَالمُرْسِلُ رَسُوْلَهُ بِالبَيَانِ.
وَاَشْهَدُ أّنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الهَادِى بِكِتَابِهِ المُبِيْنَ, الفَارِقُ بَيْنَ
الشَّكِّ وَاليَقِيْنِ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَجَمِيْعِ
المُؤْمِنِيْنَ المُخْلِصِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ. وَقَدْ قَالَ الله
تَعَالىَ فَى كِتَابِهِ المُنَزَّل : اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيْمِ . وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجاً. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا
يَحْتَسِبُ . صَدَقَ اللهُ العَظِيْمِ
.فَيَا عِبَادَ الله, اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ
وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Sidang Jum’at yang berbahagia,
Segala puji bagi Allah SWT. dengan
memuji-Nya yang sebanyak-banyaknya. Marilah kita senantiasa meningkatkan rasa
bersyukur kita kepada –Nya yang telah memberi nikmat dan barakah kepada hidup
kita. Kemudian mempertebal iman dan berbekal taqwa yaitu dengan
perintah-perintah-Nya kita harus melaksanakan dan dengan larangan-larangan-Nya
kita harus menjauhi sekuat-kuatnya.
Artinya: “Dan terhadap nikmat Tuhan maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya
(dengan bersyukur)”. (Adh Dhuha: 93 : 11).
Sidang Jum’at yang berbahagia,
Pertama, memagari rahasia kehidupan dengan bermunajat kepada
Allah SWT. Dalam bahasa ada istilah “Do’a” dan “Munajat”
atau”Najwa”.”Do’a” bisa berarti panggilan dan juga bisa berarti
permohonan, sedangkan “Munajat” atau “Najwa”
mempunyai arti berkata-kata dengan suara perlahan-lahan. Ketika dua orang
sahabat sedang berbisik-bisik,berarti yang dilakukan itu adalah”Najwa”,yaitu
bercakap-cakap dengan suara perlahan-lahan dan lemah lembut. Itulah sebabnya
apapun persoalan yang kita hadapi hendaklah kita mengadukan langsung kepada
Allah SWT, niscaya rahasia akan tertutup dan terpelihara dari pada berbicara
kesana kemari.
Sebagai hamba yang beriman dan bijaksana dalam suka dan
duka serta dalam kondisi apapun juga senantiasa bermunajat kpada Allah SWT, dan
bahasa sederhananya adalah melapor ketika susah saja, padahal Allah lebih
senang lagi kalau hamba-Nya ketika suka, ketika menerima limpahan nikmat
karunia-Nya segera melapor dan bermunajat kepada Allah, niscaya Allah akan
memberikan jalan keluar, bukankah Allah berjanji.
وَمَن يَتَّقِ
اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجاً
. وَيَرْزُقْهُ
مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
”....Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia
akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada
di sangka-sangkanya....’ (Ath Thalaq(65);2-3)
Allah
juga menyatakan:
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ
نَافِلَةً لَّكَ عَسَى أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَاماً
مَّحْمُوداً
”Dan pada sebagian malam hari bershalat tahajudlah kamu
sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke
tempat terpuji”. (Al Isra’ (17): 79). Dikeheningan malam dikala sunyi senyap bangun dan bermunajat
untuk melaporkan keadaan kita langsung kepada Allah, niscaya Allah akan
menempatkan kita kepada derajat yang terpuji, jauh dari kehinaan.
Kalau
kita mengadu kepada sesama teman, tatangga kanan kiri, maka yang terjadi adalah
keluh kesah. Gaji kecil mengeluh, kondisi badan kurang sehat juga mengeluh,
padahal kita lupa bahwa lebih sering kita sehat dari pada sakit, lebih sering
punya uang dari pada tidak punya uang, karena itu bersyukurlah atas nikmat
Allah SWT. Allah SWT berfirman didalam surat Adh Dhuha (93) ayat 11. (dilihat
di awal khutbah ini).
Sidang Jum’at yang berbahagia,
Kedua, pagari hartamu dengan bersedekah, berinfaq dan berzakat, sebab kita sadar
bahwa di dalam harta kekeyaan kita ada hak saudara kita yang hidup dalam
kesulitan. Infaq merupakan bukti
kepedulian kita kepada saudara-saudara kita
yang hidup dalam kesulitan. Kita sadar bahwa kita hidup dalam
kenikmatan, serba cukup ini adalah karena keberadaan saudara-saudara kita yang
fakir dan miskin.
Rasulullah
SAW menyatakan bahwa kita tidak akan di
anugerahkan rezeki oleh Allah, tidak akan memperoleh kemenangan dan pertolongan
dari Allah kecuali dengan do’a saudara-saudara kita yang hidup dalam kesulitan
dan kekurangan. Peranan saudara kita “Fuqara’ wal masakin” sangat
besar dalam kehidupan ini hanya sayang seribu sayang tidak sedikit orang yang
mampu tetapi tidak menyadarinya, keberhasilan yang diraih seolah-olah atas
usaha dan ikhtiar sendiri, padahal ada andil do’a dari saudara kita yang lemah.
Sebab kalau orang dalam kondisi susah do’a dan permohonannya tidak akan ditolak
oleh Allah, yakni terkabul “Mustajab”, karena do’anya keluar dari dalam hati
yang paling dalam bukan sekedar bahasa lidah.
Agar harta kita aman dan tidak menjadi bencana maka
pagarilah dengan banyak bersedekah. Sulit dipungkiri, tidak jarang seseorang
yang hidup berkecukupan tetapi kehidupannya penuh dengan kegelisahan. Hidup
serba cukup, rumah mewah, kendaran banyak tetapi hidupnya selalu resah dan
gelisah, kata Rasulullah SAW obatnya adalah shadaqah.
Sidang Jum’at yang berbahagia,
Ketiga, pagari amal ibadah kita dengan
ikhlas. Apapun bentuk ibadah kita,shalat, puasa, shadaqah, zakat, haji,
silaturrahim dan ibadah-ibadah lainnya hendaklah dilakukan atas dasar
keikhlasan atau ketulusan hati. Manusia diperintahkan untuk mengabdikan diri
kepada Allah dengan beribadah dalam arti yang seluas-luasnya. Sebagai karyawan,
pengusaha, guru, pedagang, buruh dan profesi-profesi lainnya hendaklah diwarnai
dengan warna ibadah untuk meraih dua keuntungan
sekaligus, hasanah fiddunya wahasanah fil akhirah.
Sidang Jum’at yang berbahagia,
Keempat, pagari ucapan dengan kejujuran.
Berkatalah yang benar, jangan menipu dan berdusta. Di akhir zaman ini kejujuran
kadang di pandang suatu yang aneh, sementara yang menyimpang di anggap lumrah
dan biasa, padahal itu suatu bencana dan kehancuran.
Sidang Jum’at yang berbahagia,
Kelima, mengedepankan musyawarah. Rasulullah SAW selalu mengajak bermusyawarah
para sahabatnya. Ketika terjadi perang dahsyat yang di alami pasukan islami di
bawah pimpinan Muhammad Rasulullah SAW dalam rangka mengibarkan bendera
kebenaran, berhasil meraih kemenangan, karena mengedepankan musyawarah. Jangan
merasa gagah, berpangkat tinggi, lalu yang lain tidak diajak bicara dan
berdiskusi dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Musyawarah banteng
pemelihara dari penyesalan dan selamat dari cercaan.
Akhirnya, dari mimbar jum’at yang mulia ini, marilah kita
mencermati lima pesan Rasulullah Saw. Yaitu memagari rahasia kehidupan dengan
bermunajat kepada Allah SWT., memagari harta kita dengan bersedekah, berinfaq
dan berzakat, memagari amal ibadah kita dengan ikhlas, memagari ucapan dengan
kejujuran. Berkatalah yang benar, jangan menipu dan berdusta, serta utamakan mengedepankan
musyawarah dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Oleh: Ahmad Nuruddin, S.Ag.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي
القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ العَلِيْمُ وَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الُمْسِلِمْينَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ فَيَا فَوْزَ المُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar