BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Eksperimen
·
Mengamati
struktur biji monokotil :
Mengetahui struktur
biji monokotil.
Mengamati perbedaan
struktur biji pada beberapa anggota monokotil.
·
Perkecambahan
:
Untuk mengamati proses
perkecambahan pada biji jagung yang merupakan anggota tumbuhan monokotil.
Mengamati tipe perkecambahan tumbuhan
monokotil.
3.
Rumusan Masalah
·
Apakah
struktur biji setiap tumbuhan biji monokotil sama?
·
Apakah tipe
perkecambahan tumbuhan biji monokotil dan tumbuhan biji dikotil sama?
4.
Hipotesis
·
Struktur
biji antara tumbuhan biji monokotil yang satu dengan yang lain tidak sama
·
Tipe
perkecambahan antara tumbuhan biji monokotil dan dikotil tidak sama.
5. Metode Penelitian
6.
Variabel
·
Percobaan 1:
pengamatan struktur biji monokotil
Variabel
bebas : berbagai jenis biji
monokotil
Variabel
terikat : struktur biji monokotil
Variabel
kontrol : pengirisan biji secara
melintang dan membujur
·
Percobaan 2
: perkecambahan biji monokotil
Variabel
bebas : jenis biji (dikotil dan
monokotil)
Variabel
terikat : tipe perkecambahan
Variabel
kontrol : medium penanaman, skala
penyiraman air dan intensitas cahaya.
7.
Alat dan Bahan:
·
Percobaan 1:
Pengamatan struktur biji monokotil
1.
Silet
2.
Gelas air
mineral
3.
Alat tulis
4.
Biji
monokotil siap observasi ()
5.
air
·
Percobaan 2
: Perkecambahan biji monokotil
1.
Gelas air
mineral
2.
Jarum
3.
Alat tulis
4.
Biji jagung
siap tanam
5.
Tanah
6.
Air
8. Langkah Kerja:
·
Percobaan 1:
pengamatan struktur biji monokotil
1. Biji
jagung yang telah dipersiapkan direndam dalam air dingin selama 2 jam
2. Biji
jagung tersebut digambar struktur luarnya
3. Biji
jagung dipotong secara vertikal/membujur untuk semua biji dan secara
horizontal/melintang, lalu diamati dan digambar bagian-bagiannya lalu berikan
keterangan.
·
Percobaan 2
: perkecambahan biji monokotil
1. Siapkan gelas air mineral.
2. Lubangi gelas air mineral di bagian samping dan
bawah gelas dengan menggunakan jarum.
3. Isi gelas dengan tanah.
4. Masukkan biji jagung ke dalam tanah (1 gelas 3
biji jagung).
5. Siram dengan air secukupnya.
6. Letakkan di tempat yang terkena sinar matahari.
7. Amati proses perkecambahannya.
9.
Sistematika
Pembahasan
Pendahuluan dalam bab ini berisi tentang
latar belakang, tujuan penelitian, rumusan masalah, hipotesis, metode
penelitian, variabel, alat bahan, langkah kerja, serta sistematika pembahasan
mengenai karya ilmia.
Dasar Teori dalam bab ini mencakup gambaran umum tentang biji monokotil.
Bab ini memaparkan dasar teori yang digunakan peneliti dalam memahami dan
menganalisa struktur biji monokotil dan perkecambahan biji jagung.
Pembahasan dalam bab ini dibahas mengenai
rumusan masalah yang telah tercantum pada bab I
beserta dengan analisa data.
Penutup dalam bab ini berisi kesimpulan
akhir dari penelitian ini, serta saran untuk perbaikan karya ilmiah bagi peneliti
selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
·
Pertumbuhan
dan Perkembagan Awal
Tumbuhan berbiji tumbuh dan berkembang dari biji.
Biji merupakan suatu organisasi yang teratur rapi, mempunyai persediaan bahan
makanan yang cukup untuk melindungi serta memperpanjang kehidupannya. Umumnya
biji terdapat di dalam buah. Biji berkembang dari bakal biji yang dibuahi.
·
Struktur
Biji Monokotil
-
Kulit Biji
-
Endosperma,
adalah jaringan yang mengelilingi embrio dan terdapat di kotiledon yang
mengandung cadangan makanan
-
Skutellum /
kotiledon / keping biji. Kotiledon mengandung cadangan makanan yang di dalamnya
terdapat pati, protein dan beberapa jenis enzim
-
Koleoptil,
adalah selubung ujung embrio/plumula
-
Plumula,
adalah kuncup primer pucuk batang lembaga
-
Radikula
(bakal akar)
-
Koleoriza,
adalah bagian yang menyelubungi akar
-
Embryonic
axis, adalah bagian bawah/pangkal embrio
-
Hipokotil,
adalah bagian bawah embryonic axis yang melekat pada kotiledon
-
Epikotil,
adalah bagian atas embryonic axis yang melekat pada kotiledon
-
Embrio
(bakal tumbuhan)
·
Perkecambahan
Perkecambahan (germination) merupakan tahap awal
perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini,
embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah
perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda.
Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah.
Kecambah adalah tumbuhan (sporofit) muda yang
baru saja berkembang dari tahap embrionik di dalam biji. Tahap perkembangan ini
disebut perkecambahan dan merupakan satu tahap kritis dalam kehidupan tumbuhan.
Kecambah biasanya dibagi menjadi tiga bagian utama: radikula (akar embrio),
hipokotil, dan kotiledon (daun lembaga).
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari
lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan
yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi
(berarti "minum"). Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya,
baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang
terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel biologi. sel-sel embrio membesar
dan biji melunak.
Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah
enzim perkecambahan awal. Selanjutnya bagian yang aktif melakukan mitosis
terangsang melakukan pembelahan sel, seperti di bagian ujung radikula.
Akibatnya ukuran radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji terdesak
dari dalam, yang pada akhirnya pecah.
·
Tahapan
perkecambahan
Perkembangan bij berhubungan dengan aspek
kimiawi. Proses tersebut meliputi beberapa tahapan, antara lain imbibisi,
sekresi hormon dan enzim, hidrolisis cadangan makanan, pengiriman bahan makanan
terlarut dan hormone ke daerah titik tumbuh atau daerah lainnya, serta
asimilasi (fotosintetis).
Proses penyerapan cairan pada biji (imbibisi)
terjadi melalui mikropil. Air yang masuk kedalam kotiledon membengkak.
Pembengkakan tersebut pada akhirnya menyebabkan pecahnya testa.
Awal perkembangan didahului aktifnya enzim
hidrolase (protease, lipase, dan karbohidrase) dan hormone pada kotiledon atau
endosperma oleh adanya air. Enzim protease segera bekerja mengubah molekul
protein menjadi asam amino. Asam amino digunakan untuk membuat molekul protein
baru bagi membrane sel dan sitoplasma. Timbunan pati di uraikan menjadi maltosa
kemudian menjadi glukosa. Sebagian glukosa akan diubah menjadi selulosa, yaitu
bahan untuk membuat dinding sel bagi sel-sel yang baru. Bahan makanan terlarut
berupa maltosa dan asam amino akan berdifusi ke embrio.
Semua proses tersebut memerlukan energi. Biji
memperoleh energi melalui pemecahan glukosa saat proses respirasi. Pemecahan
glukosa yang berasal dari timbunan pati menyebabkan biji kehilangan bobotnya.
Setelah beberapa hari, plumula tumbuh di atas permukaan tanah. Daun pertama
membuka dan mulai melakukan fotosintesis.
·
Tipe
Perkecambahan
Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses
perkecambahan dikenal perkecambahan hipogeal dan epigeal. Hipogeal adalah
pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus
kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Contoh
tipe ini terjadi pada kacang kapri dan jagung. Pada epigeal hipokotillah yang
tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah.
Perkecambahan tipe ini misalnya terjadi pada kacang hijau dan jarak.
Pengetahuan tentang hal ini dipakai oleh para ahli agronomi untuk memperkirakan
kedalaman tanam.
BAB
III
PEMBAHASAN
1.
Hasil Pengamatan
a.
Hasil
Pengamatan Struktur Biji Monokotil
i.
Struktur
biji jagung
ii.
Struktur
bawang merah
b.
Hasil
Pengamatan Perkecambahan Biji Jagung
No
|
Hari ke-
|
Perkembangan
|
Tahapan
perkecambahan
|
Gambar
|
1.
|
1
|
-
|
-
|
|
2.
|
2
|
Mulai muncul tunas biji berwarna putih
|
Radikula
(bakal akar) mulai tumbuh
|
|
3.
|
3
|
Tunas biji bertambah tinggi
|
Kuncup
primer pucuk batang lembaga (plumula) beserta dengan koleoptil tumbuh
|
|
4.
|
4
|
Muncul daun (tanaman mulai berwarna hijau)
|
Daun
pertama mucul dari koleoptil
|
|
5.
|
5
|
Tinggi bertambah dan jumlah daun bertambah juga
|
Jumlah
daun bertambah dan akar serabut berkembang, akar tunjang mulai dibentuk.
|
2.
Analisa Data
a.
Struktur Biji Monokotil
b.
Perkecambahan Biji Jagung
Berdasarkan hasil observasi di atas menunjukkan bahwa:
-
Pada
proses perkecambahan jagung, kotiledon tetap berada di dalam tanah, tidak terangkat ke atas. Hanya daun lembaga atau
koleoptil bersama plumula yang terangkat ke atas dan selanjutnya akan tumbuh
menjadi kuncup daun dan diteruskan hingga menjadi daun. Plumula terbawa ke atas
karena adaanya pertumbuhan memanjang pada bagian epikotil, sedangkan bagian hipokotil tidak memanjang sama sekali, sehingga kotiledon tetap
berada di dalam testa. Dan tipe perkecambahan seperti ini
disebut tipe perkecambahan hypogeal.
-
Pada perkembangan
jagung, koleoptil muncul pada hari ke-2 namun masih berada pada permukaan tanah.
Sedangkan daun tumbuh pada hari ke-4 dan terangkat ke atas permukaan tanah.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
·
Struktur biji
antara tumbuhan monokotil yang satu dengan yang lain mempunyai sedikit
perbedaan.
·
Jagung
merupakan tumbuhan berbiji monokotil yang memiliki tipe perkecambahan hipogeal.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.wikipedia.com./perkecambahan
Perbedaan-monokotil-dan-dikotil.html
Pujiyanto,
Sri.2008. Menjelajah Dunia Biologi 3.
Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Sudjadi,
Bagod. 2005. Biologi, Sains dalam
Kehidupan 3A. Surabaya: Yudhistira.
LAMPIRAN
Bagikanlah jika posting ini bermanfaat
BalasHapussangatt bermanfaat, terimakasih
BalasHapussyukurlah.. senang bisa membantu..
BalasHapusbermanfaat juga mendidik, , , .....thanks
BalasHapussyukurlah... smoga bsa membantu pembelajaran..
Hapus